Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Ketua Dewas DPLK SAM - Asesor LSP Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Doktor Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 54 buku. Salam literasi

Asyiknya Meneliti Dana Pensiun Bareng Anak, Karakteristik Pekerja Informal

3 jam lalu
Bagikan Artikel Ini
img-content
Penelitian dana pensiun
Iklan

Asyiknya Nulis Jurnal Ilmiah tentang Dana Pensiun Bareng Anak. Majukan dana pensiun melalui penelitian dan publikasikan hasilnya

Sulit dibantah, penelitian atau riset itu penting. Selain itu mengembangkan pengetahuan dan inovasi, penelitian juga jadi dasar yang memberikan dasar untuk membuat keputusan dan memecahkan masalah. Bertindak dan bekerja berdasarkan data dan hasil penelitian, bukan lagi business as usual. Apalagi di industri dana pensiun, tidak banyak penelitian yang dilakukan. Padahal tanpa riset, dana pensiun sulit memastikan skema pensiun yang benar-benar menjawab kebutuhan masyarakat sebagai instrumen jangka panjang untuk menjamin kesejahteraan di hari tua.

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penelitian dana pensiun penting dilakukan. Agar bisa jadi masukan regulasi yang diperlukan. Dana pensiun mengelola triliunan rupiah, lalau bagaimana uang itu diinvestasikan dan apa pula manfaatnya untuk peserta? Penelitian dana pensiun bisa memberi masukan soal tata kelola, transparansi, dan manajemen risiko sekaligus menjadi bagian memperkuat literasi dan inkluis keuangan. Banyak pekerja informal (UMKM, freelancer, petani, nelayan) belum punya akses ke dana pensiun. Melalui penelitian, dana pensiun perlu memikirkan gimana cara jadi produk keuangan yang inklusif sesuai karakter profesinya. Agar mereka tidak rentan secara keuangan di masa tua. Jadi, penelitian dana pensiun bukan hanya soal angka. Tapi soal data dan dinamika terbaru seputar dana pensiun yang disajikan secara ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan.

 

Seperti saya dan anak ke-2 saya yang lulusan statistika UB menulis dan meneliti bareng tentang dana pensiun untuk keperluan jurnal ilmiah. Dari ngobrol hingga kolaborasi ilmiah membahas “Kepesertaan DPLK Secara Individu dan Karakteristiknya untuk Meningkatkan Penetrasi Dana Pensiun Pekerja Sektor Informal di Indonesia”. Insya Allah bulan September 2025 ini akan terbit di JUPSIM (Jurnal Publikasi Sistem Informasi dan Manajemen Bisnis) terakreditasi SINTA 5. Selain berkontribusi terhadap penelitian dana pensiun, ternyata asyik banget bisa nulis bareng anak untuk urusan yang ilmiah. Ini kali kedua saya menulis bareng anak saya.

 

Anak ke-2 saya, yang kini bekerja di Kantor Konsultan Aktuaria punya pikiran tajam tentang memajukan dana pensiun di Indonesia. Dan sebagai ayahnya dengan latar belakang praktisi dana pensiun sekaligus dosen pun menuangkannya ke dalam penelitian. Setelah melalui proses tinjauan reviewer, naskah saya bersama anak dinyatakan akurat, valid, dan dapat diterima untuk publikasi. Sudah memenuhi standar ilmiah yang diakui oleh komunitas akademis.

 

Nulis ilmiah bareng anak, bolehlah dibilang sebagai diseminasi, penyebarluasan ide dan gagasan baru secara ilmiah. Untuk mendekati sebuah persoalan dengan cara baru, khususnya di industri dana pensiun. Agar bisa diakses langsung oleh publik dan menjadi catatan pengetahuan yang sifatnya lebih permanen. Selain untuk rekam jejak digilan, publikasi ilmiah juga bisa jadi pengakuan profesional dan reputasi ilmiah kan. Dan yang terpenting, bisa memberi kontribusi terhadap masyarakat luas. Hasil penelitian yang bisa diterapkan, dapat memengaruhi kebijakan, praktik industri, bahkan inovasi dan solusi untuk menjawab tantangan yang ada.

 

“Saya memilih memberi masukan ke industri dana pensiun melalui penelitian. Sudah banyak penelitian tentang dana pensiun yang saya publikasikan. Kali ini dengan anak, saya meneliti tentang kepesertaan DPLK secara individu dan karakteristiknya. Agar pekerja sektor informal bisa akses dana pensiun” ujar Syarifudin Yunus, peneliti dana pensiun sekaligus asesor LSP Dana Pensiun dalam rilisnya.

 

Apa isi penelitiannya? Kita tahu saat ini ada 152 juta pekerja di Indonesia, 60% ada di sektor informal dan 40% di sektor formal. Sayangnya, 95% dari total pekerja di Indonesia terancam “miskin di hari tua”. Karena tidak adanya persiapan untuk masa pensiun. Karena itu, penting memformulasikan kepesertaan DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) secara individu, utamanya untuk pekerja informal seperti driver ojol, pekerja lepas, atau freelancer. Selain tetap bekerja tapi punya tabungan pensiun untuk hari tua.

 

Hasilnya penelitiannya ternyata menyebut pekerja secara individual bila mau menabung di DPLK karakteristiknya terungkap: 1) tergolong berpenghasilan rendah, 2) iuran yang disetor paling besar Rp. 100.000 per bulan, 3) iurannya berpotensi tidak tetap setiap bulannya, 4) usia pensiun ditetapkan sesuai dengan tujuan keuangannya, dan 5) motif menjadi peserta DPLK karena tidak memiliki program pensiun untuk hari tua atau untuk dana darurat. Saat ini peserta DPLK secara individual (atas ksesadaran sendiri) hanya berjumlah 560.000 peserta dari 3 juta peserta. Dan 86% pekerja informal sama sekali belum mempersiapkan dana pensiun. Maka penting edukasi dan akses digital untuk meningkatkan partisipasi pekerja informal ke dana pensiun. Dari segi potensinya, bila 25% dari pekerja informal yang ada saat ini di Indonsia mengikuti DPLK dengan iuran minimal Rp. 50.000 per bulan maka potensi akumulasi dananya bisa mencapai Rp. 132 triliun dalam jangka waktu 10 tahun ke depan. Lumayan besar kan. Jadi, memang perlu digarap dana pensiun di kalangan pekerja sektor informal dan individual.

 

Tapi jauh yang paling berkesan, justru bisa nulis bareng dengan anak di jurnal ilmiah. Diskusi dulu, lalu diteliti bersama dan dipublikasikan secara ilmiah. Nulis bareng itu banyak sisi positifnya. Selain melatih berpikir kritis dan logis, juga dapat meningkatkan keterampilan menulis secara ilmiah. Plus membangun portofolio akademik bila tulisannya sampai terbit di jurnal ilmiah.

 

Dan ketahuilah, semua orang pasti ingin dana pensiun maju pesat di Indonesia. Agar mampu sejahterakan pekerja di hari tua, di masa pensiun. Tapi siapapun yang mau maju, tidak boleh mengabaikan data, tidak boleh melalaikan hasil-hasil penelitian yang sudah dipublikasikan. Indonesia Emas di tahun 2045 itu ditetapkan melalui data dan riset ilmiah, bukan sekadar angan-angan atau omong kosong. Salam literasi!

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler